BAKRIE TELECOM-SAMPOERNA INTEGRASIKAN OPERASI BISNIS 2012 Bakrie Telecom Memperoleh 35 persen saham Sampoerna Telekomunikasi Indonesia. PT Bakrie Telecom Tbk dan PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia, hari ini mengumumkan penandatanganan penjualan bersyarat atas perjanjian jual beli yang telah berlangsung Selasa 13 Maret 2012. Perjanjian tersebut melibatkan Bakrie Telecom serta Sampoerna Strategic dan Polaris, yang bertindak sebagai pemegang saham Sampoerna Telekomunikasi Indonesia. SPESIFIKASI HARGA XPERIA SOLA PONSEL SENTUH TERBARU Kelebihan Xperia Sola Dengan Layar Sentuh Keluaran Sony Mobile dan VIDEO AA GYM BICARA TENTANG MENIKAH LAGI DENGAN TEH NINIH TERBARU 2012 Pernikahan Aa Gym Anjuran Dari Teh Rini Rujuk Dengan Teh Ninih
Dari perjanjian tersebut, Bakrie Telecom memperoleh 35 persen saham Sampoerna Telekomunikasi Indonesia, dan dalam tiga tahun ke depan akan menjadi pemegang saham mayoritas. Sebagai imbalannya, Sampoerna Strategic akan menjadi pemegang saham Bakrie Telecom.
"Setelah proses negosiasi, Bakrie Telecom dan pemegang saham Sampoerna Telekomunikasi Indonesia setuju untuk mengintegrasikan operasi bisnis di bawah satu manajemen Bakrie Telecom," kata Presiden Direktur Bakrie Telecom, Anindya Bakrie, dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu 14 Maret 2012.
Melalui perjanjian itu, Bakrie Telecom bertujuan untuk mempercepat penetrasi penawaran konvergensi mobile untuk setiap pelanggan di Indonesia. "Baik di kota-kota, daerah pinggiran kota atau bahkan pedesaan di seluruh negeri. Bakrie Telecom akan menawarkan biaya yang paling efektif dan layanan suara konektivitas di Indonesia," ujar Anindya.
Transaksi tersebut merupakan langkah awal dari transformasi besar operasional dan keuangan yang direncanakan diselesaikan Bakrie Telecom tahun ini. Kerja sama strategis akan menciptakan nilai tambah yang signifikan bagi entitas baru yang akan fokus di empat bidang bisnis utama guna mencapai keunggulan operasional, keuangan, pelayanan, dan kepuasan pelanggan.
"Kami ingin berbagi dalam model bisnis Bakrie Telecom yang lebih cepat, lebih baik, dan paling terjangkau," kata Presiden Direktur Sampoerna Strategic, Michael Sampoerna.
Model bisnis itu, Michael melanjutkan, terbukti efektif dalam merevolusi konektivitas suara dengan mengurangi hambatan harga dan tarif, yang juga terjadi dalam sistem komunikasi data. Dengan sinergi tersebut, Sampoerna berharap bisa meningkatkan bisnis lebih cepat dan besar untuk melayani konsumen.
Secara teknis, dia menambahkan, frekuensi 6,25 MHz milik Sampoerna dalam 450 MHz band akan menambah kapasitas yang cukup untuk Bakrie Telecom, sehingga bisa menawarkan biaya konektivitas data mobile yang lebih rendah. Kondisi ini dapat meningkatkan pertumbuhan eksponensial perusahaan yang telah dicapai dengan seri produk AHA.
Selain itu, menurut dia, Bakrie Telecom memiliki frekuensi 800 MHz band, yang akan memberikan tambahan kapasitas yang besar untuk perusahaan, sehingga meningkatkan penetrasi konektivitas suara berbiaya rendah di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Apalagi, Bakrie Telecom sudah mendominasi dengan pangsa pasar 40 persen untuk CDMA.
Dengan berintegrasi dengan penetrasi Sampoerna Telekomunikasi Indonesia di pedesaan Jawa, Sumatera, kepulauan Nusa Tenggara, dan Bali, akan lebih mudah bagi Bakrie Telecom untuk memperbesar pasar di luar Jawa.
"Pelanggan kami harus menjadi yang utama dalam menerima manfaat terbesar dari kerja sama ini. Kami bertujuan untuk membuat entitas baru dengan biaya paling efektif dan tercepat," ujar Anindya.
Dia menjelaskan, operator di Indonesia berkembang dengan menyediakan pengalaman yang paling lengkap dan konvergensi terbaik bagi pelanggan. Kedua kelompok berkomitmen untuk membuktikan bahwa sinergi antar operator tidak hanya baik untuk operator, tetapi juga diperlukan konsumen Indonesia yang menginginkan nilai lebih bagi setiap rupiah yang mereka keluarkan.
Di sisi keuangan, Anindya menambahkan, transaksi tersebut merupakan bagian dari strategi jangka panjang Bakrie Telecom yang bertema "Ekspansi dengan struktur modal sehat". Perusahaan dalam proses deleveraging pembukuan dengan menaikkan nilai modal hingga US$140 juta tahun ini.
Modal tersebut berasal dari penerbitan non-preemptive rights sebesar US$90 juta dan US$50 juta dari fasilitas pinjaman bank. Bakrie Telecom berencana menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa sebelum mengeluarkan non-preemptive rights hingga 10 persen dari modal disetor.
Dana yang diperoleh dari transaksi tersebut akan digunakan untuk pembayaran awal utang jatuh tempo Rp650 miliar pada September 2012. Selain itu, untuk membiayai penukaran saham dengan Sampoerna, berinvestasi lebih lanjut dalam konektivitas data, serta modal kerja bagi peningkatan kualitas layanan.
BAKRIE TELECOM-SAMPOERNA INTEGRASIKAN OPERASI BISNIS 2012, Bakrie Telecom Memperoleh 35 persen saham Sampoerna Telekomunikasi Indonesia, Profil Bakrie Telecom, Profil Sampoerna Telekomunikasi Indonesia, Bisnis Bakrie - Sampoerna
Dari perjanjian tersebut, Bakrie Telecom memperoleh 35 persen saham Sampoerna Telekomunikasi Indonesia, dan dalam tiga tahun ke depan akan menjadi pemegang saham mayoritas. Sebagai imbalannya, Sampoerna Strategic akan menjadi pemegang saham Bakrie Telecom.
"Setelah proses negosiasi, Bakrie Telecom dan pemegang saham Sampoerna Telekomunikasi Indonesia setuju untuk mengintegrasikan operasi bisnis di bawah satu manajemen Bakrie Telecom," kata Presiden Direktur Bakrie Telecom, Anindya Bakrie, dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu 14 Maret 2012.
Melalui perjanjian itu, Bakrie Telecom bertujuan untuk mempercepat penetrasi penawaran konvergensi mobile untuk setiap pelanggan di Indonesia. "Baik di kota-kota, daerah pinggiran kota atau bahkan pedesaan di seluruh negeri. Bakrie Telecom akan menawarkan biaya yang paling efektif dan layanan suara konektivitas di Indonesia," ujar Anindya.
Transaksi tersebut merupakan langkah awal dari transformasi besar operasional dan keuangan yang direncanakan diselesaikan Bakrie Telecom tahun ini. Kerja sama strategis akan menciptakan nilai tambah yang signifikan bagi entitas baru yang akan fokus di empat bidang bisnis utama guna mencapai keunggulan operasional, keuangan, pelayanan, dan kepuasan pelanggan.
"Kami ingin berbagi dalam model bisnis Bakrie Telecom yang lebih cepat, lebih baik, dan paling terjangkau," kata Presiden Direktur Sampoerna Strategic, Michael Sampoerna.
Model bisnis itu, Michael melanjutkan, terbukti efektif dalam merevolusi konektivitas suara dengan mengurangi hambatan harga dan tarif, yang juga terjadi dalam sistem komunikasi data. Dengan sinergi tersebut, Sampoerna berharap bisa meningkatkan bisnis lebih cepat dan besar untuk melayani konsumen.
Secara teknis, dia menambahkan, frekuensi 6,25 MHz milik Sampoerna dalam 450 MHz band akan menambah kapasitas yang cukup untuk Bakrie Telecom, sehingga bisa menawarkan biaya konektivitas data mobile yang lebih rendah. Kondisi ini dapat meningkatkan pertumbuhan eksponensial perusahaan yang telah dicapai dengan seri produk AHA.
Selain itu, menurut dia, Bakrie Telecom memiliki frekuensi 800 MHz band, yang akan memberikan tambahan kapasitas yang besar untuk perusahaan, sehingga meningkatkan penetrasi konektivitas suara berbiaya rendah di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Apalagi, Bakrie Telecom sudah mendominasi dengan pangsa pasar 40 persen untuk CDMA.
Dengan berintegrasi dengan penetrasi Sampoerna Telekomunikasi Indonesia di pedesaan Jawa, Sumatera, kepulauan Nusa Tenggara, dan Bali, akan lebih mudah bagi Bakrie Telecom untuk memperbesar pasar di luar Jawa.
"Pelanggan kami harus menjadi yang utama dalam menerima manfaat terbesar dari kerja sama ini. Kami bertujuan untuk membuat entitas baru dengan biaya paling efektif dan tercepat," ujar Anindya.
Dia menjelaskan, operator di Indonesia berkembang dengan menyediakan pengalaman yang paling lengkap dan konvergensi terbaik bagi pelanggan. Kedua kelompok berkomitmen untuk membuktikan bahwa sinergi antar operator tidak hanya baik untuk operator, tetapi juga diperlukan konsumen Indonesia yang menginginkan nilai lebih bagi setiap rupiah yang mereka keluarkan.
Di sisi keuangan, Anindya menambahkan, transaksi tersebut merupakan bagian dari strategi jangka panjang Bakrie Telecom yang bertema "Ekspansi dengan struktur modal sehat". Perusahaan dalam proses deleveraging pembukuan dengan menaikkan nilai modal hingga US$140 juta tahun ini.
Modal tersebut berasal dari penerbitan non-preemptive rights sebesar US$90 juta dan US$50 juta dari fasilitas pinjaman bank. Bakrie Telecom berencana menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa sebelum mengeluarkan non-preemptive rights hingga 10 persen dari modal disetor.
Dana yang diperoleh dari transaksi tersebut akan digunakan untuk pembayaran awal utang jatuh tempo Rp650 miliar pada September 2012. Selain itu, untuk membiayai penukaran saham dengan Sampoerna, berinvestasi lebih lanjut dalam konektivitas data, serta modal kerja bagi peningkatan kualitas layanan.
BAKRIE TELECOM-SAMPOERNA INTEGRASIKAN OPERASI BISNIS 2012, Bakrie Telecom Memperoleh 35 persen saham Sampoerna Telekomunikasi Indonesia, Profil Bakrie Telecom, Profil Sampoerna Telekomunikasi Indonesia, Bisnis Bakrie - Sampoerna
Info dan Berita Terbaik
0 comments:
Post a Comment